“PEMILU nanti sudah tau mau milih siapa bik?”
Kata ku iseng membuka percakapan dengan bik jamu, seorang
wanita paruh baya yang sering ku jumpai di Bus .
“O…Pemilu tanggal berapa aja bibik gak tau nak!”
Aku menyimpul senyum mendengar jawabannya , benar sekali
publikasi tentang Pemilu itu sendiri memang terlihat kurang dari pemerintah, sosialisasi pemilu belum
muncul di TV atau di instansi pemerintah daerah tertentu. Hanya baleho baleho
dan poster poster caleg lah yang bermunculan dijalanan. Namun bisa dihitung
berapa spaduk iklan PEMILU dijalanan.
“InsyaALLAH pemilu nanti di adakan tanggal
Kataku, menjawab kebingungannya.
“kira-kira mau pilih caleg yang mana bik?”tanya ku lagi.
“yooo. Mbok males milih nya, capek capek in yang dipilih yo
kesenangan , dia yang enak, dia yang dapat uang, yang miskin yo tetep miskin,
ya kan?”
Dalam hati sedikit mengiyakan. “Tapi tidak semua seperti itu
bik” kata ku menimpali.
###
Survey yang kami peroleh
Tingkat partisipasi pemilih pada
Pemilu 1999 mencapai 93,33%, Pemilu 2004 turun menjadi 84,9%, dan Pemilu 2009
turun lagi menjadi 70,99%. Pemilu 2014, diprediksi hanya tinggal 54%, namun
prediksi optimis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) masih pada angka 60%. Di
pihak lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menargetkan tingkat partisipasi pemilih
75% sesuai target pembangunan. Dari sekitar 236 juta penduduk Indonesia,
kemungkinan calon pemilih Pemilu 2014 adalah 191 juta orang.
Angka golput juga terus meningkat. Pemilu 1999 angka golput 10,21%, Pemilu 2004
naik menjadi 23,34%, dan Pemilu 2009 naik lagi menjadi 29,01%. Bandingkan
dengan angka golput pada pemilu era Orde Lama dan Orde Baru (1955, 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997) yang tak pernah lebih dari 10%. - See more at:
http://indonesia-web.blogspot.com/2013/08/rakyat-tak-percaya-elite-politik-2014.html#sthash.UPi4LzNk.dpuf
Demikianlah faktanya, masyarakat sudah tidak mempercayai
lagi parai-partai politik yang ada di Indonesia, bersebab semua yang
ditampilkan di TV saling menunjukkan keburukan partai yang satu terhadap partai
yang lain. Belum lagi pemerintah yang sekarang sudah tidak lagi menggebu- gebu
memikirkan kesejateraan rakyat, lihat saja fenomena yang terjadi semua bahan
bahan makanan naik membuat rakyat semakin menderita. Contohnya saja menjelang
idul fitri, daging sapi sampai 150 ribu per Kg, cabai sampai 100ribu per Kg
naik hingga 100%. Entah kemana bantuan bantuan yang dulu di gembor gemborkan di
awal masa pasca pemilu 4 tahun yang lalu. Lantas ini membuat rakyat kecewa dan
mungkin muak dengan janji manis pemerintah. Ini yang mungkin menjadi alasan
rakyat Indonesia memilih golput.
Aleg mementingkan kantong pribadi dan lupa akan pendukungnya
dulu. Ini juga masih terkait dengan janji manis yang membusuk. Tidak itu saja, perilaku para
anggota DPR juga mengecewakan, misalnya bermewah-mewah di tengah kemiskinan
rakyat. Kekecewaan itu akan terakumulasi dan rakyat menemukan momentum
pembalasan pada Pemilu 2014. Angka golput akan meningkat.
Belum lagi disetiap media partai yang satu menuding partai
yang lain. Saling menjatuhkan , tapi hanya ada satu partai yang di olok-olok
tapi tetap tersenyum , bersabar dan terus berjalan apa adanya. Sedang yang
lainnya sibuk mencari-cari kesalahannya tanpa disadari mereka telah
membangunkan macan yang sedang tidur, na’asnya aib mereka pula lah yang terbuka
satu per satu. Ini juga membuat rakyat
malas memilih. Di mata mereka semua partai sama buruknya untuk apa dipilh?.
Dan ketidak terbukaan pihak KPU dalam mendata rakyat, bahkan
isu KTP E yang tidak keluar dibeberapa tempat dan dibeberapa personal juga
bagian dari tekhnis pihak yang akan melakukan tindakan tidak fair di pemilu
nanti.
Dan yang terakhir kurangnya himbauan dari pemerintah tentang
pentingnya memilih wakil rakyat. Walaupun kembali lagi masyarakat sudah
terlanjur kecewa dan tidak percaya, inilah ulah para pembusuk pembusuk politik.
Namun demikian tidak selayaknya kita sebagai masyarakat
Indonesia membiarkan politik berjalan amburadur akibat keapatisan kita dengan
tidak memberikan suara pada Pemilu. Apresiasi kita sangat dibutuhkan untuk
perubahan yang nyata di Negara ini. Mungkin saja kita kecewa namun tak lantas
menjadikan kita bodoh dan membiarkan Negara ini di obok obok oleh Negara lain.
Tidak melakukan pilihan artinya kita pasrah dengan keburukan-keburukan yang
akan terjadi. Untuk itu kami menghimbau agar rakyat ikut serta dalam mobilitas
pemilu 2014. Sebab inilah kewajiban kita sebgai rakyat Indonesia yang peduli
dengan perubahan bangsanya. Jangan biarkan Negara ini kecewa atas tindakan
bangsanya. pentingnya partisipasi
politik seluruh elemen bangsa, baik secara personal maupun kolektif, untuk menentukan
masa depan bangsa.
Yang terakhir ,partisipasi aktif bisa dibuktikan dengan memanfaatkan hak pilih
dalam Pileg maupun Pilpres dengan sebaik-baiknya seraya mengapresiasi perbedaan
pilihan politik setiap warga. Golput bukanlah pilihan melainkan pengabaian
terhadap tanggung jawab politik atas nasib bangsa dan sikap apatis terhadap
upaya pembaharuan.